Aku Pergi Untuk Kembali
Oleh Yaseer Fikri Meninggalkan sesuatu bukan dengan rela hati begitu pedih untuk kita hidapi. Meninggalkan dengan rasa terpaksa, dengan rasa yang kita tiada kemampuan apa-apa untuk menolak. Barangkali tiada yang terlepas daripada merasainya. Bukan Mati. Ini bukan soal mati. Ini soal kita yang bernyawa, terpaksa pergi, dan akan kembali lagi tapi untuk jeda masa yang payah untuk kita gambarkan. Tetap kembali selagi Tuhan memberi izin. Ini soal saat harus meninggalkan wajah anak-anak yang sugul, dan Isteri yang setia. Meninggalkan wajah-wajah ini bagi mengisi tuntutan amanah yang tersedia. Amanah yang bukan mampu kita tolak mentah-mentah dengan kata-kata yang mudah. Ketika saat kita tahu akan sampainya masa perlu menurut arahan untuk kembali bekerja, kala itulah kita melihat dalam-dalam mata kecil Si Anak. Dia tidak mengerti persis perpisahan sebenar namun dia merasa. Dia tahu esoknya akan sunyi, esoknya tiada suara yang melarang, memanggil dan memuji. D...